Sebuah studi yang dipresentasikan di konferensi tahunan ‘Reproduksi dan Embriologi Masyarakat Eropa’ ke-12 mengungkap bahwa pria yang terlalu sering mengayuh sepeda akan mengalami penurunan tingkat kesuburan.
Studi itu menunjukkan bahwa mereka yang mengayuh sepeda lebih 180 mil atau sekitar 290 kilometer per minggu, memiliki kualitas dan kuantitas sperma empat persen lebih buruk dari kondisi normal. Ini jelas memengaruhi kemampuan reproduksinya.
Profesor Dina Vaamonde dari Sekolah Kesehatan Universitas Cordoba, Spanyol, mengatakan, atlet dengan frekuensi tinggi berlatih kecepatan mengayuh sepeda memiliki morfologi sperma terburuk. Intensitas tinggi mengayuh sepeda dikata merusak kualitas sperma.
Menurut Vaamonde, penurunan kualitas dan kuantitas sperma itu diyakini terkait kompresi akibat gesekan antara testis dan pelana sepeda. Bisa juga lokalisasi panas yang dihasilkan oleh gesekan saat mengayuh sepeda dan celana yang cenderung ketat.
Ia meyakini bahwa gerakan mengayuh sepeda menghasilkan senyawa tertentu yang dapat merusak struktur sel sperma. Ketidakseimbangan energi juga dikata memainkan peran penting dalam menciptakan efek buruk itu.
Dalam studi itu, Vaamonde dan timnya menganalisa kualitas air mani 15 atlet triathlon (lari, sepeda, renang) kelas internasional asal Spanyol, usia 33 tahun.
Peneliti mencatat rutinitas latihan secara rinci, yakni volume latihan bersepeda, lari, dan renang. “Kami menemukan hubungan merugikan antara frekuensi latihan bersepeda dan morfologi sperma,” ujar Vaamonde, seperti dikutip dari laman Times of India.
Studi itu menunjukkan bahwa mereka yang mengayuh sepeda lebih 180 mil atau sekitar 290 kilometer per minggu, memiliki kualitas dan kuantitas sperma empat persen lebih buruk dari kondisi normal. Ini jelas memengaruhi kemampuan reproduksinya.
Profesor Dina Vaamonde dari Sekolah Kesehatan Universitas Cordoba, Spanyol, mengatakan, atlet dengan frekuensi tinggi berlatih kecepatan mengayuh sepeda memiliki morfologi sperma terburuk. Intensitas tinggi mengayuh sepeda dikata merusak kualitas sperma.
Menurut Vaamonde, penurunan kualitas dan kuantitas sperma itu diyakini terkait kompresi akibat gesekan antara testis dan pelana sepeda. Bisa juga lokalisasi panas yang dihasilkan oleh gesekan saat mengayuh sepeda dan celana yang cenderung ketat.
Ia meyakini bahwa gerakan mengayuh sepeda menghasilkan senyawa tertentu yang dapat merusak struktur sel sperma. Ketidakseimbangan energi juga dikata memainkan peran penting dalam menciptakan efek buruk itu.
Dalam studi itu, Vaamonde dan timnya menganalisa kualitas air mani 15 atlet triathlon (lari, sepeda, renang) kelas internasional asal Spanyol, usia 33 tahun.
Peneliti mencatat rutinitas latihan secara rinci, yakni volume latihan bersepeda, lari, dan renang. “Kami menemukan hubungan merugikan antara frekuensi latihan bersepeda dan morfologi sperma,” ujar Vaamonde, seperti dikutip dari laman Times of India.
0 komentar:
Posting Komentar